Minggu, 27 Januari 2013

Rhoma Irama: Penampilan Artis Dangdut Harus Rekomendasi PAMMI


Rhoma Irama in action

JUMAT, 25 JANUARI 2013 - 09:26 WIB - KAPANLAGI.COM - Aksi pornografi dan pornoaksi menjadi momok bagi masyarakat, salah satu media yang dianggap ikut berperan adalah televisi. Karenanya sebagai pemangku adat dan budaya ketimuran, beberapa tokoh vokal menyuarakan hal tersebut. Pedangdut Rhoma Irama, salah satu di dalamnya.

Rhoma mengatakan bahwa televisi lebih berpengaruh daripada film-film yang ada di bioskop. Karena tontonan televisi tidak hanya bisa diakses oleh orang dewasa, tapi juga anak dan remaja.

"Makanya kami mengajak berantas pornografi. Memohon kepada Menkokesra juga. Dari PAMMI dan KPI telah membuat MoU, untuk sungguh-sungguh batasi pornografi di TV," ucap Rhoma di acara Ulang Tahun dan Aksi Peduli Amal DPC PAMMI Jakarta Selatan, Rabu (24/1).

Rhoma yang menjabat Ketua Umum PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia) ini menghimbau kepada para penyelenggara acara dangdut khususnya, baik on air maupun off air untuk mendapatkan rekomendasi dari PAMMI selaku organisasi yang menaungi pedangdut setanah air.

"Setiap penampilan artis dangdut Indonesia harus sesuai dengan rekomendasi PAMMI. Dengan demikian kami bisa mengawal, dan jadi manfaat bagi agama, bangsa dan negara," tukas pria yang tiga periode menjabat Ketua PAMMI tersebut. (kpl/ato/dar)

Sabtu, 26 Januari 2013

Jam Mapel Pendidikan Agama Ditambah






JPNN.com - Minggu, 27 Januari 2013 , 05:29:00
JAKARTA - Guru pendidikan agama di sekolah umum tidak perlu khawatir kesulitan mengejar ketentuan beban mengajar 24 jam pelajaran per minggu. Sebab dalam kurikulum baru yang segera bergulir, jam pelajaran pendidikan agama ditambah mulai dari jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Dirjen Pendis Kemenag) Nur Syam menuturkan, formasi baru durasi jam pelajaran pendidikan agama di semua jenjang pendidikan. Dia mengatakan selama ini jam pelajaran pendidikan agama di SD cuma 2 jam pelajaran per minggu, ditambah menjadi 4 jam pelajaran per minggu.

Kemudian di jenjang SMP, jam pelajaran pendidikan agama yang awalnya 2 jam per minggu ditambah menjadi tiga jam pelajaran per minggu. Formasi baru di jenjang SMP itu juga diterapkan di jenjang SMA dan SMK. "Jadi formasi baru jam pelajaran pendidikan agama di SD, SMP, dan SMA/SMK adalah 4, 3, 3," tandasnya, Sabtu (26/1).

Mantan rektor IAIN Sunan Ampel, Surabaya itu mengatakan, semangat penambahan jam pelajaran pendidikan agama pada kurikulum baru itu adalah untuk memperbaiki moral bangsa. Semangat ini merujuk pada kondisi moral dan sosial siswa SD, SMP, dan SMA/SMK yang cenderung melorot. Misalnya tawuran perlajar, seks bebas, dan sejenisnya.

Selain urusan moral siswa itu, Nur Syam mengatakan ada keuntungan teknis lainnya dari penambahan jam pelajaran ini. Dia mengatakan selama ini banyak guru pendidikan agama di sekolah umum (SD, SMP, dan SMA/SMK) gagal mendapatkan tunjangan sertifikasi padahal sudah mendapatkan sertifikat.

"Mereka tidak mendapatkan tunjangan karena tidak bisa mengejar ketentuan beban mengajar 24 jam pelajaran per minggu," tandasnya. Untuk menyiasatinya, ada guru yang mengajar di banyak sekolah. Atau ada guru yang merekap tugas lainnya untuk mengejar ketentuan beban mengajar tadi.

Nah dengan adanya penambahan jam pelajaran pendidikan agama ini, Nur Syam berharap para guru pendidikan agama bisa mengerja ketentuan bobot mengajar. Sehingga hak tunjangan sertifikasi bisa mereka dapatkan sesuai ketentuan.

Tim di Kemenag sudah berancang-ancang untuk melakukan penelitian mendalam terkait hubungan penambahan jam pelajaran ini dengan pencairan tunjangan sertifikasi. Nur Syam mengatakan, untuk urusan penerbitan kurikulum baru ini leading sector-nya tetap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dia mengaku jika Kemenag siap menjalankan kurikulum baru yang ditetapkan Kemendikbud.

Menurut Nur Syam, penambahan jam pelajaran pendidikan agama ini tidak akan menimbulkan fenomena kekurangan guru agama di SD, SMP, dan SMA/SMK. "Sebab perhitungan kami sementara ini, jumlah guru pendidikan agama cukup memadai. Khususnya pendidikan agama Islam," tandasnya.

Untuk pendidikan agama non Islam, dia mengaku akan berkoordinasi dengan tim lain di Kemenag. Selanjutnya, Nur Syam juga mengatakan tim dari Kemenag dan Kemendikbud terus menggodok konten materi pelajaran pendidikan agama.

Dia mengakui jika penambahan jam pelajaran agama ini memunculkan konsekuensi penambahan materi pelajaran. "Baik itu yang kompetensi inti maupun kompetensi dasar sudah disiapkan," tandasnya.

Penambahan jam pelajaran pendidikan agama di kurikulum 2013 ini sudah hampir bisa dipastikan. Berkali-kali Mendikbud Mohammad Nuh melontarkan ke publik jika jam pelajaran pendidikan agama bakal ditambah. Penambahan jam pelajaran pendidikan agama ini mendapat respon positif dari PP Muhammadiyah dan LP Ma"arif. (wan)

Jenjang
KTSP
        Kurikulum 2013

SD  
2 x jam pelajaran/minggu        
4 x jam pelajaran/minggu
SMP      
2 x jam pelajaran/minggu        
3 x jam pelajaran/minggu
SMA/SMK
2 x jam pelajaran/minggu        
3 x jam pelajaran/minggu

Keterangan :
-    Banyak guru pendidikan agama bersertifikat tidak bisa mendapatkan TPP karena kurang jam mengajar.
-    Mengatasi persoalan guru agama kesulitan mengejar beban mengajar.
-    Syarat guru bersertifikat memperoleh TPP adalah mengajar 24 x jam pelajaran/pekan

Sumber : Kemenag

Cak Nun, Gus Dur, dan Ateis



KOMPAS.com | Kamis, 24 Januari 2013 | 08:23 WIB
KOMPAS/RIZA FATHONI Ilustrasi: Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Pemimpin Pondok Pesantren Soko Tunggal KH Nuril Arifin, dan Franz Magnis-Suseno (dari kiri ke kanan) hadir pada peringatan dua tahun meninggalnya KH Abdurrahman Wahid, di Kantor DPP PKB, Jakarta, Kamis (29/12/2011). 

SURABAYA, KOMPAS.com — Seorang peserta dalam acara bertajuk "A Tribute to Martin Luther King dan Gus Dur: Warisan Pluralisme, Keanekaragaman dan Demokrasi" yang digelar Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Selasa (22/1), mengaku ingin keluar dari agama."Rasanya, saya ingin keluar dari agama karena agama sudah tidak lagi membuat orang menjadi sejuk. Banyak orang beragama yang suka konflik. Banyak orang dengan pakaian agama justru melakukan kekerasan, bahkan membunuh saudara sendiri. Jadi, buat apa beragama," ucap peserta itu.


Menjawab hal itu, budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menjelaskan agama itu bukan institusi. Karena itu, orang masuk ke dalam agama atau keluar dari agama itu bukan persoalan. "Agama itu bukan institusi. Kalau Anda mengaku beragama tapi suka kekerasan, itu bukan beragama," tuturnya.
Sahabat dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (alm) itu menyebut Gus Dur sebagai orang beragama, dan orang beragama yang suka kekerasan itu ateis (bukan orang beragama).

"Islam itu bukan sekadar salat, puasa, zakat, haji, atau syariah, tapi Islam adalah jujur kepada manusia. Islam adalah cinta kepada manusia, Islam adalah keindahan. Jadi, kalau Anda mengaku Islam tapi tidak indah atau suka kekerasan, Anda belum tentu Islam," paparnya. Bahkan, suami artis Novia Kolopaking itu menilai rukun Islam (shalat, puasa, zakat, haji, dan syariah lain) itu hanya 3,5 persen dari ajaran, sedangkan 96,5 persen dari ajaran Islam yang sesungguhnya adalah keindahan, penghormatan kepada sesama, jujur, adil, bersih, bersatu, dan seterusnya.

"Jadi, kalau Gus Dur itu garang kepada ICMI dan sesama Islam, tapi Gus Dur sangat hormat kepada non-Islam, maka hal itu bukan berarti Gus Dur tidak beragama. Target Gus Dur bukan sekadar menghormati non-Islam itu, tapi Gus Dur ingin menegakkan keadilan, kesetaraan, persaudaraan, kejujuran, keindahan, dan sejenisnya. Itulah ajaran Islam yang sesungguhnya," tuturnya.

Pemimpin kelompok musik religi Kiai Kanjeng itu menilai Gus Dur justru melakukan "diskriminasi hasanah" (diskriminasi yang baik). "Baginya, Islam tidak perlu dibela  karena jalurnya sudah tepat, tapi non-Islam justru harus tahu Islam itu bagaimana," ujarnya tersenyum.

Pandangan Cak Nun itu tidak jauh berbeda dengan pandangan Dubes AS untuk Indonesia Scot Marciel yang juga hadir dalam acara mengenang Gus Dur dan Martin Luther King Jr itu. "Gus Dur dan Martin Luther King Jr itu berbeda, tapi keduanya memiliki kesamaan sebagai tokoh agama dan pejuang HAM di negaranya," ujarnya. Bahkan, ia menilai tokoh HAM Gus Dur telah mendorong Indonesia menjadi lebih baik, seperti halnya tokoh HAM Martin Luther King Jr mendorong AS menjadi lebih baik.
"Beliau ikut memperjuangkan kesetaraan hak itu, tapi caranya dengan damai," paparnya dalam acara yang juga dihadiri putri pertama Gus Dur, Alissa Wahid, itu. 

Sumber :
ANT
Editor :
Jodhi Yudono







Babel Punya Taman Budaya Tahun 2015



Jumat, 18 Januari 2013 | 23:03 WIB
PANGKALPINANG, KOMPAS.com--Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menargetkan untuk memiliki taman budaya pada 2015.

"Kami telah membuat DED untuk pembangunan taman budaya, jadi diperkirakan pembangunan fisik dimulai tahun 2014 dan gedung  bisa beroperasi tahun 2015," kata  Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Babel, Yan Megawandi di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan, taman budaya tersebut nantinya akan difungsikan sebagai tempat pagelaran seni, baik yang terbuka maupun tertutup. "Selain itu, taman budaya bisa digunakan sebagai tempat berkumpulnya komunitas seni se-Babe," ujar Yan.
Saat ini, Babel belum memiliki taman budaya. Gedung Kesenian yang ada di Babel digunakan sebagai kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. "Kami terpaksa pindah ke mari karena tidak memiliki kantor yang representatif, sebelumnya kami menumpang di rumah dinas wakil ketua DPRD selama empat tahun, lalu kami melihat gedung ini tidak dipakai, maka kami putuskan pindah kemari," ujar Yan.
Dengan tidak memiliki taman budaya, Yan mengatakan Provinsi Babel kehilangan kesempatan mendapatkan dana sebesar Rp2 miliar per tahun dari pusat. "Padahal dana tersebut dapat digunakan untuk peningkatan kegiatan berkesenan di daerah kita," Yan menjelaskan.
Meski Dinas Pariwisata Babel memiliki fasilitas yang sangat minim, prestasinya cukup membanggakan daerah kepulauan yang kaya timah dan lada tersebut. Salah satunya adalah berhasil menggelar acara bertaraf internasional yakni  "Visit Babel Archi 2010" dan Sail Wakatobi Belitung pada 2011.
Sumber :
ANT
Editor :
Jodhi Yudono