Penulis : Kontributor
Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Jumat, 25
Januari 2013 | 18:18 WIB
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO - Anak-anak warga Dusun
Kinahrejo menampilkan atraksi kesenian jatilan pada acara pembukaan Wisata Alam
Jelajah Kinahrejo di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI
Yogyakarta, Sabtu (12/2/2011).
YOGYAKARTA, KOMPAS.com -- Munculnya fenomena desa wisata di
Kabupaten Sleman tidak dibarengi dengan inovasi menarik yang ditawarkan kepada
wisatawan. Kurangnya inovasi tersebut membuat desa wisata terkesan monoton.
Shavitri Nurmala Dewi, Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman mengatakan, paket wisata yang
ditawarkan oleh pengelola desa wisata masih monoton dan kurang inovasi, maka
butuh pengembangan baru agar bisa menarik wisatawan, "Desa wisata harus terus berusaha mengembangkan inovasi, karena daya
tariknya di situ," terangnya, Jumat (25/01).
Dewi menambahkan, saat ini pihaknya sedang menyusun Peraturan Bupati tentang
Desa Wisata. Peraturan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk desa
wisata di Sleman.
"Peraturan yang dibuat bukan untuk menekan atau membatasi kreativitas
masyarakat, justru peraturan tersebut untuk menumbuhkan kreativitas dan
inovasi," katanya. Sampai 2013 ini, baru ada enam desa wisata yang menjadi unggulan Sleman,
yakni desa wisata Pentingsari, Brayut, Kembangarum, Kelor dan Tanjung.
Di tempat berbeda Teguh Arifianto, konsultan desa wisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta mengatakan, banyak wisatawan yang kecewa dengan paket yang
ditawarkan. Sebab apa yang ditawarkan, tidak sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh wisatawan.
"Banyak keluhan perihal penyelenggara tur yang kurang profesional.
Selain itu, harga trip yang ditawarkan tergolong mahal. Keluhan ini disebabkan
kurang pintarnya pihak desa wisata dalam mengemas desa wisata dan tur,"
ungkap Teguh.
Editor :
Farid Assifa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar